{ Karya : Abu Aufa }
Kesepian
memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan
riak anak sungai di sudut mata. Pedih dan sedih silih berganti kunjung
mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan.
Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang
memilukan.
Saat temaram rembulan menyuguhkan
hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya
kegelapan, namun entah dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan
menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk, membuat kedukaan
semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah,
lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang
coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi
sarung bantal dan kapuk di dalamnya.
Cinta...
Entah berapa banyak
pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para
pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari
setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta membuat hati dan
raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran
darah. Mengharapkan kakanda tercinta yang siap mendampingi saat tawa dan air
mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah,
mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih
sayang.
Namun, impian berbeda dengan
kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri...
dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah
dimana kakanda bersembunyi.
Ukhti sholehah yang
dicintai Allah Ta'ala...
Cinta dan impian
membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun
takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah
pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu
menggadaikan aqidah, karena sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada
yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi
halleluyah.
Cinta yang membara tak akan dapat
menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al
Baqarah: 221]. Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam
akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan
tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn,
missionaris, 1812 M].
Cinta akan membentuk
sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan
aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan biarkan sedikitpun
celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti
itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan
melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.
Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu
pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku' dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya,
mengapa ayah tidak pergi sholat Jum'at padahal dirimu berbicara panjang lebar
tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah
tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3
sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad... ahad... ahad?
Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi kepada buah
hatimu?
Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan
murkanya Allah Subhanahu wa Ta'ala?
Saat
jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang
Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk selalu
terhatur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu ikhlas
serta rela atas setiap keputusan-Nya.
As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal
maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila
liqaa'ika.
Ya Allah, aku mohon kerelaan atas
setiap keputusan-Mu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang
wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.
Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada
lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga
dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil
nan indah dalam naungan ridho-Nya.
Duhai ukhti
sholehah...
Sabar... dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai
lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati,
tegar... dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai
harganya, yaitu aqidah.
Wallahua'lam bi
showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN
MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar