Senin, 28 Januari 2013

Suami Pemarah Vs Istri Pendiam

ada sepasang kekasih yang baru menikah. Seperti pasangan suami istri umumnya, diawal perjalanan rumah tangga mereka mereka sangat harmonis, kalo di ibaratkan sih seperti pasangan romeo and juliet. Kemanapun mereka pergi selalu berdua. kalo istrinya tersandung sebongkah kecil kerikil di pinggir jalan aja, suaminya langsung bereaksi, laksana seorang pendekar pedang dari negeri sakura, gerak repleknya cepat sekali, secepat kilat suaminya menghampri istrinya yang hampir terjatuh, lalu dengan nada suara yg lembut suaminya berkata “sayang... hati-hati atuh jalannya” sambil membelai manja kening istrinya dan senyum manisnya terpampang dari ekspresi wajah penuh keteduhan. 

Singkat cerita....

Sudah hampir lima tahun mereka mengarungi yang namanya mahligai rumah tangga, sudah banyak cerita yang telah mereka lewati bersama. Tapi keharmonisan yang dulu menghiasi perjalanan kisah cinta mereka perlahan-lahan terkikis. Kini tak ada lagi belaian manja, tak ada lagi kata-kata lembut yang terucap dari bibir suaminya. Entah apa yang menyebabkan perubahan dari suaminya. 

“ting... tong! Ting... tong!” suara bunyi bel dari sudut dinding rumah. Hampir sepuluh menit suara bel berbunyi, tapi masih tak ada yg membukakan pintu rumah. Tak lama berselang dari suara bel berikutnya, akhirnya pintu rumah itupun terbuka. “Bunda!!!Darimana aja sih kamu!?” teriak suaminya, sesaat setelah istrinya membukakan pintu, “tau ga! aku sudah dua puluh menit berdiri di depan pintu!” sambung suaminya, wajahnya terlihat murka . “Iya maaf ayah, tadi aku lagi masak di dapur jadi belnya ga kedengeran” jawab istrinya dengan wajah tertunduk serta nada suara pelan tapi penuh tekanan. Kemudian istrinya segera berlalu pergi ke kamar mandi. 

Keesokan harinya. Masih dengan sikap yang sama, suaminya kembali membentak istrinya. Kali ini karena dasi yang belum sempat di setrika oleh istrinya. “ Bunda! Dasi ayah kenapa masih kucel kayak gini?!” teriak suaminya. Tapi istrinya hanya tertunduk lalu dengan suara perlahan dia berkata “maaf”. Lalu berlalu pergi ke kamar mandi. 

keesokan harinya. Masih dengan sikap yang sama dari suaminya, saat pulang dari kantor suaminya melihat tidak ada satupun makanan yang tersaji di atas meja makan. Dengan nada suara ala rocker suaminya kembali berteriak “Bundaa!!! Mana makanan. emangnya uang belanja yang udah aku kasih ke kamu di kemanakan!?, tau gak aku inih capek seharian dari kantor! Aku laper!, Bla...bla...bla...”. tapi lagi-lagi istrinya hanya tertunduk diam, lalu dia berkata “maaf”. Lalu bergegas pergi ke kamar mandi. Keesokan harinya masih dengan sikap antagonis dari suaminya. Tapi lagi-lagi istrinya hanya terdiam lalu berkata “maaf” dan lagi-lagi bergegas menuju ke kamar mandi.

pada akhirnya suaminya merasa bersalah atas sikap yang telah dia lakukan pada istrinya akhir-akhir ini. Dia pun mulai merasa empati pada istrinya. “subhanalloh, ternyata istriku penyabar. Dia hanya terdiam ketika aku melampiaskan kemarahan padanya. Tak ada satupun kata bantahan yang keluar dari mulutnya. Aku kagum padanya. Sekarang aku harus berubah. Ya, berubah, mulai sekarang aku tidak akan memarahinya lagi, sekalipun dia melakukan kesalahan” Tekad suaminya dalam hati. 

Keesokan harinya. ketika istrinya sedang sarapan pagi bersama suaminya. dengan penuh kelembutan, tangan suaminya menggenggam jari jemari istrinya yg berada diatas meja makan, lalu dengan ekspresi wajah yang tenang suaminya berkata “bunda... maafin ayah ya, akhir-akhir ini sikap ayah selalu kasar sama bunda. ayah benar-benar menyesal. Sekarang ayah janji ayah tidak akan memarahi bunda lagi. Sungguh” ucap suaminya dengan penuh penyesalan. “iya yah, ga apa-apa kok, bunda juga minta maaf, kalo selama ini bunda juga ga bisa jadi ibu rumah tangga yang di harapkan” jawab istrinya, kali ini dengan wajah menatap penuh kehangatan pada suaminya. “oh iya bun...” sambung suaminya “selama ini tiap kali ayah marahin bunda, bunda selalu pergi ke kamar mandi, emang ngapain bun? Lagi wudhu ya? Kalo gak salah sih ayah pernah denger ustad yg suka ceramah di masjid sebelah kantor ayah, Katanya kalo lagi marah tuh harus buru-buru berwudhu biar hatinya cepet adem” Tangan suaminya masih menggenggam jari jemari istrinya. “enggak kok yah, bunda gak lagi wudhu” jawab istrinya, perlahan melepaskan genggaman suaminya. “terus ngapain bun?” tanya suaminya, tangannya kini melayang ke arah pisang goreng diatas piring . “melampiaskan kemarahan” jawab istrinya, sambil membereskan piring diatas meja. “caranya?” tanya suaminya lagi. “gosokin WC” jawab istrinya. “emang bisa hilang marahnya?” suaminya penasaran. “bisalah yah , kan gosokinnya pake sikat giginya ayah”. Jawab istrinya, sambil ngeloyor ke dapur. “glk…” suaminya hanya terdiam, tangannya meremas erat pisang goreng yang baru setengah dimakannya, sementara mukanya memerah menahan marah. 

**cerita ini terinspirasi dr sepupuhku yang berumur 3 tahun pd saat gosokin lantai kamar mandi pake sikat gigi ayahnya. Tujuannya cuman sekedar untuk menghibur (itupun kl terhibur) . untuk para istri yg sering dimarahin suaminya mohon jangan dijadikan inspirasi ya. Hhee^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar