Kayaknya udah jadi ‘kesepakatan' umum kalo cinta itu bisa membuat
hidup lebih hidup. Karena cinta konon kabarnya mengandung segala
perasaan indah tentang kebahagiaan ( happiness ), menyenangkan ( comfort
), kepercayaan ( trust ), persahabatan ( friendship ), dan kasih-sayang
( affection ).
Menurut R. Graves dalam The Finding of
Love , cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga
terlihat indah. Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta,
duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar...”. Itu
sebabnya, nggak usah heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia
untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan
melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai (itu
karena terlihat indah kali ye?).
Kalo udah cinta, kata
Gombloh, maaf nih, tahi kucing rasa coklat! (idih, itu sih indera
perasanya udah error kali ya?). Ehm, tapi nggak salah juga. Ini sekadar
idiom kok. Karena cinta seringkali buta. Why? Kalo VMJ alias Virus Merah
Jambu udah menginfeksi hati kita, perasaannya kok inget terus sama si
dia, pengennya ketemu terus, rindu terus ingin ngobrol, seharian nggak
kirim SMS aja rasanya sakauw berat, pokoknya meski jauh jaraknya bukan
halangan untuk komunikasi. Ehm, untuk menggambarkan itu seorang teman
nulis puisi di internet : “walau jarak kita bagai Matahari dan Pluto
saat aphelium/amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku”
Huhuy!
Seorang teman lain pernah bercerita bahwa ia
tak sanggup untuk melupakan calonnya. Rasanya udah deket aja sambil
merenda bahagia membina rumah tangga idaman. Kebetulan sang calon jauh
di negeri orang dan komunikasi cuma bisa via jaringan internet. Eh, itu
sih namanya meski jauh di mata, tapi dekat di Yahoo! Messenger (apalagi
kalo pake webcam hehehe..)
Cinta bisa juga tak pandang
bulu (karena yang benar mungkin pandang tak jemu kali ye? Ehm...). Tak
pandang bulu bisa berarti kita mencintai siapa saja, dan dari kalangan
mana saja. Nggak pilih-pilih. Karena semua berhak mendapatkan cinta.
Namun jangan salah, meski cinta tak pandang bulu, tapi bukan berarti
juga kita dibutakan oleh cinta. Iya dong, kalo bayang si dia terlanjur
lekat di hati, biasanya segala kesalahan dan kekurangannya cenderung
kita abaikan. Waduh, berbahaya banget tuh. Padahal kata Ibnu Mas'ud ra,
“Apabila kamu merasa kagum dengan seorang wanita, ingatlah
kejelekankejelekannya!”
Duh.. kejam amat ya? Ah, nggak
juga, karena manusia seringkali berubah-ubah dalam bersikap. Itu harus
kita sadari juga. Bukan tak mungkin kan suatu saat orang yang kita
cintai karena kita kagum akan kepandaiannya, karena kesholehannya, dan
juga perangainya yang baik, suatu saat akan berbalik 180 derajat. Jadi,
nggak usah rela dibutakan cinta. Artinya, sikapi aja dengan wajar
sisi-sisi kemanusiannya yang lain selain sisi yang membuatmu kagum
setengah hidup. Itulah pesan yang dikirimkan Ibnu Mas'ud kepada mereka
yang sedang jatuh cinta. Betul?
Sobat muda muslim,
paparan di atas sebagai fakta aja, bahwa energi cinta bisa membuat
‘penderitanya' berbunga-bunga, bahkan sering tanpa bisa membedakan mana
cinta dan mana nafsu. Gawat kan? Nah, sekarang coba kita bandingan
kecintaan kita kepada Allah Swt, Sang Pemilik Cinta. Jika memang
sama-sama cinta, harusnya kan sama ya? Artinya, kecintaan kita kepada
Allah pun akan mirip gejalanya dengan cinta kita kepada sesama
makhlukNya. Meski tentu saja, mencintai Allah jauh lebih besar manfaat
dan pahalanya. Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi
Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya.
Bahkan
Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy:
“Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia
mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu
berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa
begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini membuat
cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu
berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah .
‘Mencuri' perhatian Allah
Kalo
dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang
kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa?
Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita
bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap merasa
betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya nggak
adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah
Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatianNya pun
Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun bisa
membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia
penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik perhatian Allah
kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.
Sobat
muda muslim, kalo mau jujur, kita jarang banget mencuri perhatian
Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya, seharusnya memang kita sering
mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana halnya kalo
kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian dengan orang yang
kita incer abis-abisan. Harapannya, tentu ketika beradu pandang atau
ketika dia melihat penampilan dari pesona yang kita miliki bisa jatuh
hati. Ya, ibarat memasang ranjau deh. Ehm, ati-ati aja kena batunya.
Oya,
pernah nggak kamu pdkt alias pendekatan sama seseorang yang mampu
melelehkan hatimu? Hmm… deg-degan juga kan? Khawatir pendekatan kita
nggak sempurna dan gagal mencuri perhatiannya. Segala daya dan upaya
kita jajal, sambil berharap ia berpaling kepada kita. Asyik juga ya?
Nah,
bagaimana jika kita pdkt juga kepada Allah? Rasa-rasanya pasti lebih
seru. Bener lho, orang yang melakukan pdkt jelas karena ada yang
diharapkan dari yang sedang didekati. Kita bisa mencoba deketan sama
inceran, karena kita udah kadung jatuh hati karena pesonanya. Jadi,
cinta juga memang memerlukan sebab, “kenapa jatuh cinta?”.
Sebaliknya,
kalo sebab yang membuat kita cinta itu lenyap, maka kita nggak bakalan
lagi jatuh cinta. Ibnul Qayyim menuliskan sebuah kaidah sederhana dalam
kitab cinta yang sangat populer, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah
al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab…”
Sobat
muda muslim, pertanyaannya sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai
Allah, sehingga kita perlu mencari perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu
ada dong sayang. Wong kepada makhlukNya aja kita bisa jatuh hati dan
cinta setengah mati hanya karena melihat pesona yang dimiliknya. Entah
gaya bicaranya, entah itu wajahnya, bisa juga karena kepintarannya,
termasuk perangainya, pun karena bentuk fisik yang membuatmu jatuh
cinta. Bener nggak seh?
Nah, harus diakui bahwa Allah
punya banyak pesona yang itu layak kita kagumi dan membuat kita lebih
mencintaiNya, dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri
perhatainNya. Alasan sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta
alam dan seluruh isinya, termasuk kita. Hmm… sangat elok tentunya kalo
kita mencintaiNya.
Bukan apa-apa, kalo kita sering
kagum dan jatuh cinta dengan seseorang yang cerdas, maka Allah lebih
harus kita kagumi dan cintai karena Dia yang menganugerahkan kecerdasan
kepada orang yang kita anggap cerdas. Begitu pun kalo kita mengagumi
seseorang yang punya wajah yang menggetarkan nurani kita, maka
seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa Allah layak lebih kita cintai
karena Dia telah menciptakan orang yang kita anggap punya wajah yang
enak dipandang mata itu.
Menjadi kekasih Allah
Seorang
tetangga pernah bilang kalo anaknya itu penurut, rajin, cinta dan
berbakti kepada ortunya sepenuh hati. Sang tetangga tersebut karuan aja
seneng bukan kepalang. Karena memang nikmat banget dicintai, dihargai,
dan dihormati itu. Iya nggak?
Nah, apalagi Allah. Kalo
ortu kita bisa cemburu gara-gara kita lebih percaya dan mengikuti
pendapat orang lain, Allah tentunya lebih ‘cemburu' lagi kalo kita nggak
mau mengamalkan syariatNya. Rasulullah saw. bersabda: “Wahai umat
Muhammad. Demi Allah saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba
perempuan berzina, tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah…” (HR
Bukhari dan Muslim)
Dalam kisah yang sering kita
dengar dan baca, Nabi Ibrahim begitu mencintai putranya. Luapan cinta
yang tak tertahankan kepada putranya yang setelah puluhan tahun
didambakannya. Ismail menjadi muara kehidupan bagi Nabi Ibrahim. Namun,
Allah menguji cintanya dengan menurunkan perintah untuk mengurbankan
anaknya. Aduh, hati orang tua mana yang nggak remuk kalo perintahnya
seperti ini. Tapi, Nabi Ibrahim berhasil lulus ujian tersebut. Terbukti
ia lebih mencintai Allah dengan menjalankan perintahNya ketimbang
mencintai anak dan keluarganya. Nabi Ibrahim ikhlas melakukannya.
Subhanallah .
Cinta kepada Allah itu mutlak, tiada sekutu bagiNya. FirmanNya:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia” (QS ali Imaran [3]: 18)
Bahkan Allah memberi cap kafir kepada orang-orang yang menolak untuk menyembahNya. Allah berfirman:
“Katakanlah:
‘Ta`atilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir'.” (QS ali Imran [3]: 32)
Menjadi
kekasih itu butuh pengorbanan. Tentu, agar cinta yang kita berikan
kepada kekasih kita bermakna. Itu sebabnya, mencintai Allah pun
memerlukan pengorbanan. Seorang tokoh sufi bernama Bayazid Bustami
mengatakan: “Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada
Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang
diperoleh kekasih, meskipun itu sedikit.”.
Itu
sebabnya, jangan heran kalo Rasulullah saw. berani menolak permintaan
para gembong kafir Quraisy untuk menghentikan dakwahnya. Dengan kobaran
cintanya yang menyala-nyala pada Allah Swt., Muhammad saw. mengatakan
kepada pamannya: “Wahai pamanku, demi Allah seandainya matahari mereka
letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku
berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin
meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa”. Duh,
hebat banget semangatnya.
Selain berkorban, mereka
yang mencintai Allah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa-apa yang
di berikan Allah. Bahkan ia akan selalu ridha terhadap Allah walaupun
cobaan berat menimpanya.
Dan jujur saja, kalo kita
sedang jatuh cinta, menyebut namanya saja ada gejolak hebat di hati
kita. Maka, jika Allah kita cintai, rasanya pantas jika kita pun
bergetar menyebut namaNya. Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal,” (QS al-Anfaal [8]: 2)
Sobat muda muslim,
yuk kita cintai Allah dengan sepenuh hati. Tunjukkan cinta kita
kepadaNya dengan mentaati seluruh syariatNya. Amalnya perintahNya, jauhi
laranganNya. Insya Allah kita bisa kok. Yakin sajalah. Wallahu'alam
bishshowwab. [solihin]