Perjalanan panjang jihad dan perjuangan menegakkan
kalimah Allah di muka bumi, menuntut komitmen, kesungguhan, kerja keras, dan
semangat yang tak kunjung padam. Untuk memelihara semangat dalam jangka yang
panjang, bukan persoalan sederhana. Hanya orang-orang yang benar-benar sabar,
tulus, dan ikhlas saja yang bisa membawa semangatnya hingga dalam waktu yang
sangat panjang. Adapun orang-orang yang dalam dirinya masih dikuasai oleh
interest, kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya, maka orang-orang
seperti ini akan mudah putus di tengah jalan.
Demikian pula halnya dengan mereka yang melandasi
perjuangannya tidak semata-mata lillahi ta’ala. Di balik perjuangannya masih
tersimpan berbagai tujuan, motivasi, dan harapan-harapan lain, selain ridha
Allah semata. Orang-orang seperti ini akan mudah tergoda, goyah pendiriannya,
dan pada akhirnya akan tumbang di tengah badai dan arus kehidupan materiil yang
sedang berkuasa.
Selain mengikhlaskan diri semata-mata karena Allah
dalam setiap langkah dan gerak perjuangan, hal penting untuk menjaga semangat
tak kunjung padam adalah dengan memilih teman. Dalam perjuangan, memilih teman
sangat mutlak dilakukan. Jangan berteman dengan sembarang orang.
Setiap pejuang pasti akan mengalami masa-masa kritis, baik
secara moril maupun materiil. Pada saat-saat seperti itu peran teman sangat
penting. Jika teman yang menyertainya adalah orang-orang yang lemah, maka dengan
sendirinya moral sang pejuang akan jatuh, larut dalam kesedihan, ketakutan, dan
kekhawatiran yang tidak semestinya. Nasihat teman pada saat-saat kritis seperti
itu sangat menetukan.
Itulah sebabnya Rasulullah berpesan kepada
ummatnya:Seseorang itu akan (ikut berada) pada agama temannya. Oleh karena
itu, hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa temannya
itu. (HR Tirmidzi)
Sungguh sangat beruntung orang yang memiliki teman yang
baik. Ketika kita sedang menghadapi masa-masa kritis, maka sang teman datang
memberi hiburan, memberi semangat, spirit, dan menumbuhkan harapan-harapan.
Teman baik itu akan mengajak kita untuk tetap bersabar terhadap segala yang
menimpa kita. Bukankah Allah selalu menguji hamba-hamba-Nya yang berjihad di
jalan-Nya?
Pada saat lapang, teman baik itu juga tetap
menyemangati kita untuk tetap waspada, hati-hati menghadapi segala pesona dunia.
Teman baik itu akan selalu mengingatkan tentang kehidupan sederhana, peduli pada
nasib sesama, dan mengingatkan pula tentang berbagai kewajiban yang harus kita
tunaikan sebagai hamba-Nya. Teman yang baik pastilah menjadi patner yang cocok
dalam rangka saling berwasiat tentang kebenaran, tentang kesabaran, dan saling
berwasiat tentang kasih sayang.
Rasulullah bersabda:Perumpamaan teman yang shalih
dengan teman yang buruk itu bagaikan pembawa minyak kesturi dengan peniup api.
Pembawa minyak kesturi, baik dia memberimu, atau engkau membeli darinya, engkau
akan mendapatkan bau yang harum darinya. Sedangkan peniup api, baik ia akan
membakar pakaianmu ataukah engkau akan mendapatkan bau yang busuk darinya.
(HR Al-Bukhari dan Muslim)
Sebelum kita menyesal nanti di akhirat akibat kesalahan
kita memilih teman semasa hidup di dunia, maka sejak sekarang kita harus
bersungguh-sungguh memilih orang yang bisa kita jadikan teman baik. Jangan
sembarang orang, tapi pilih dan saringlah mereka.
Teman yang baik adalah mereka yang bisa mengingatkan
kesalahan kita, bukan orang yang hanya bisa memuji dan menyanjung. Teman yang
baik adalah teman yang bisa bersama kita pada saat-saat kita menghadapi masa
kritis. Mereka masih tetap bersama kita, di kala semua orang meninggalkan
kita. Rasulullah saw sendiri selalu memilih-milih teman.
Dan adalah Abu Bakar yang akhirnya dipilih menjadi teman sejatinya, termasuk
pada saat-saat kritis ketika akan berhijrah ke Madinah.
Abu Bakarlah yang dijaka masuk ke gua Tsur untuk
bersembunyi menghindari kejaran musuh. Abu Bakarlah yang akhirnya disebut
Ash-Shiddiq, karena ia selalu membenarkan apa saja yang disampaikan Nabi.
Alangkah indahnya persahabatan antara Nabi dan Abu
Bakar. Ibaratnya, orang baik berteman dengan orang baik, maka semuanya akan
menjadi kebaikan. Sebaliknya, orang jelek berteman dengan orang jahat, maka
dapat dipastikan akan melahirkan berbagai tindak kejahatan. Demikian pula orang
baik bila berteman orang yang jahat, maka dikhawatirkan kebaikannya akan menjadi
berkurang, dan pelan-pelan akan digantikan kejelekan.
Untuk itu, sekali lagi, hindari teman buruk. Sebelum
menyesal di hari kemudian, kita tentukan sekarang kepada siapa kita
berteman.
Allah berfirman:Dan (ingatlah) hari (ketika)
orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu)
aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (-ku). Sesungguhnya dia telah
menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan
adalah syetan itu tidak mau menolong manusia. (QS Al-Furqaan: 27
– 29)*
(Sumber: Hidayatullah | PIP PKS-ANZ |
pks-anz.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar