Oleh : hafidz
Jadi pengemban dakwah? Hmm… di mata remaja, sepertinya ‘jabatan'
ini kalah menarik dibanding kontes menjadi bintang yang kian menjamur.
Meski kagak pake audisi atau ekstradisi yang bikin sensasi, tetep aja
remaja yang terjun ke dunia dakwah bisa dihitung pake jari. Padahal
untuk jadi pengemban dakwah, nggak kudu bisa nyanyi, nari, atau akting.
Cukup bermodalkan keimanan, ilmu, dan kemauan. Sayangnya, justru tiga
faktor itu yang lumayan langka ditemuin pada mayoritas remaja yang kian
terhipnotis gaya hidup hedonis. Gaswat!
Kalo kita sempet nanya
kenapa seseorang nggak atau belum mau ikut berdakwah, pasti mereka
segera ngeluarin kunci gembok buat bongkar gudang alasannya. Soalnya
mereka juga ngerti kalo dakwah itu wajib. Cuma masalahnya, banyak orang
yang ngerasa belon siap ngadepin risiko dakwah. Emang apa sih risiko
dakwah?
Itu lho, gosipnya ada anak yang Dijauhin temen lantaran
cerewet ngingetin untuk nutup aurat, nggak pacaran, atau antitawuran.
Tereliminasi dari kantor saat bawa-bawa aturan Islam ke alam kapitalis
di dunia kerja. Diancam skorsing dari sekolah ketika ngotot pengen pake
seragam yang nyar'i. Atau malah berhadapan dengan aparat keamanan karena
dituding terlibat aksi pemboman. Waduh!
Kebayang kan, kalo
berita duka seputar lika-liku aktivis dakwah kayak di atas lebih populer
dibanding ridho Allah yang menyertai kegiatan dakwah. Udah pasti
bayangan rasa takut bin cemas selalu menghantui pas lagi mujur ada
kesempatan untuk berdakwah. Jangankan jadi pengemban dakwah, sekadar
menyuarakan Islam aja mungkin malu. Repot juga kalo kayak gini.
Disayang Allah, lho…
Bener sobat. Kita sekadar ngingetin aja, kalo jadi pengemban dakwah udah pasti disayang Allah. Allah swt. berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia menuju Allah?” (QS Fushhilat [41]: 33)
Menurut
Imam al-Hasan, ayat di atas berlaku umum buat siapa aja yang menyeru
manusia ke jalan Allah (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi ). Mereka,
menurut Imam Hasan al-Bashri, adalah kekasih Allah, wali Allah, dan
pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah
karena dakwah yang diserukannya. Bener kan?
Selain itu, pujian
bagi para pengemban dakwah senantiasa disampaikan Rasulullah untuk
mengobarkan semangat para shahabat dan umatnya. Seperti dituturkan Abu
Hurairah: “Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia
mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.” ( HR Muslim )
Nggak
heran dong kalo para shahabat Rasulullah begitu gigih bin pantang
menyerah dalam berdakwah. Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran,
harta-benda, keluarga bahkan nyawa pun rela mereka korbankan untuk
dapetin pahala Allah yang melimpah dalam aktivitas dakwah. Kalo nggak
begitu, mana mungkin nenek moyang kita dan juga kita mengenal Islam dan
menjadi penganutnya. Bener nggak seh?
Dan kita pun bisa seperti
para shahabat. Walau nggak hidup di zaman Rasulullah, tapi warisan
beliau yang berupa al-Quran dan as-Sunnah tetep eksis sampe sekarang dan
terjaga kemurniannya. Tinggal kemauan kita aja untuk serius
mempelajari, memahami, meyakini, dan mengamalkan warisan itu. Mau dong?
Heu'euh!
Nilai plus lainnya
Bay de wey sobat, ternyata
aktivitas dakwah nggak cuma berlimpah pahala. Dari sisi psikologis,
aktivitas dakwah sangat membantu remaja untuk mengenali diri dan masa
depannya. Asli!
Menurut Maurice J. Elias, dkk dalam bukunya
berjudul “ Cara-cara Efektif Mengasuh EQ Remaja ”, ada beberapa hal yang
dibutuhkan remaja untuk jalanin tugas di atas.
Pertama ,
hubungan spiritualitas . Ketika menginjak masa remaja, normalnya kita
mulai berpikir tentang makna dan tujuan hidup yang sangat erat kaitannya
dengan agama. Karena hal ini bakal membimbing kita dalam jalani hidup
dan membingkai masa depan.
Ketika terjun ke dunia dakwah,
seorang remaja muslim akan menemukan arti dan tujuan hidup yang hakiki.
Dia diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah sepanjang hayat dikandung
badan. Untuk itu, Allah menurunkan aturan hidup yang lengkap en
sempurna tanpa cacat cela bagi manusia. Agar manusia bisa beribadah
nggak cuma di masjid atau majelis ta'lim. Tapi di mana saja, kapan saja
selama terikat dengan aturan Allah. Selain itu, dengan pemahaman ini
remaja akan termotivasi dan terarah dalam membingkai masa depan ideal
dunia akhirat sesuai identitas kemuslimannya.
Kedua ,
penghargaan . Setiap remaja kayak kita-kita pasti membutuhkan hal ini
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Aktivitas dakwah akan
menyalurkan secara positif bakat dan potensi yang kita miliki untuk
kebangkitan Islam dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Hebatnya, insya
Allah kita bakal dapetin juga penghargaan atas prestasi itu langsung
dari Allah swt. Hmm… yummy!
Ketiga , rasa memiliki . Remaja
seusia kita sering termotivasi untuk bergabung dalam kelompok yang
memiliki dan dimiliki kita. Karena di sana kita bisa belajar banyak hal,
tambahan informasi, konsultasi gratis, merasa aman, nyaman, dan
diterima. Tempat yang tepat jika kita ikut dalam komunitas dakwah. Rasa
kebersamaan, sikap empati, simpati, dan pertolongan tanpa pamrih antar
individu dalam komunitas ini, lahir dari keimanan. Itu berarti nggak
mudah luntur karena perbedaan status sosial atau pendidikan.
Keempat
, kecakapan dan kepercayaan diri . Remaja seumuran kita sering terlihat
pengen diakui kalo doi cakap alias mampu dan percaya diri untuk jalanin
hidup mandiri. Mampu menentukan pilihan atau mengatasi masalah tanpa
bergantung kepada orang lain.
Dalam lingkungan dakwah, kita
bakal dilatih untuk berpikir panjang merunut setiap permasalahan dan
mencari pemecahannya sesuai aturan Islam yang pasti mendatangkan
maslahat. Ketegasan sikap kita bisa lahir dari kemandirian yang ditopang
oleh pemahaman Islam. Kita juga dilatih untuk mengambil hikmah dalam
setiap musibah atau kegagalan yang menimpa kita semua. Karena kita-kita
paham, apa pun yang menimpa diri kita, itu adalah jalan terbaik yang
Allah berikan. Jadi nggak ada kamus stres bin uring-uringan pas ngadepin
masalah bagi para pengemban dakwah. Tetep semangat. Catet tuh!
Kelima
, konstribusi . Merasa ngasih kontribusi alias ikut berperan serta,
nggak egois bin individualis, atau sikap dermawan sangat penting buat
perkembangan identitas yang sehat pada remaja seusia kita. Dengan begini
kita-kita bakal terlatih untuk peduli dan peka terhadap permasalahan di
sekitar kita. Sehingga kita termotivasi untuk mengembangkan kemampuan
diri biar bisa ikut beresin masalah itu.
Dan semua perasaan di
atas pasti bakal didapetin kita-kita dalam aktivitas dakwah. Selain
bernilai pahala, kita bakal ngerti kalo masalah dunia atau masyarakat
juga masalah kita. Kita juga wajib ngerasa bertanggung jawab dengan
akibat dan penyebab masalah itu. Karena kita bakal kecipratan dampak
buruk masalah itu kalo dibiarin. Betul?
Nah sobat, ternyata
nggak ada ruginya kan terjun ke dunia dakwah. Dilihat dari sisi mana
aja, jadi pengemban dakwah pasti berlimpah berkah. Masa nggak kepengen?
Nikmati risiko dakwah
Risiko
dakwah mah udah sunntatullah atuh alias wajar terjadi. Bayangin aja,
yang kita dakwahkan ajaran Islam. Sementara obyek dakwah kita yang di
rumah, sekolah, kampus, atau tempat kerja semuanya udah kadung
diselimuti aturan sekuler yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam.
Otomatis dakwah kita nggak akan berjalan semulus di jalan tol.
Makanya
kita nggak usah bermimpi kalo dakwah itu tanpa rintangan. Justru kita
kudu siapkan nyali untuk hadapi risiko dalam dakwah demi meraih ridho
Allah. Kita bisa contoh 75 orang muslim dari suku Khajraj saat terjadi
peristiwa Bai'atul Aqabah kedua. Saat itu salah seorang paman Nabi yang
melindungi dakwah beliau meski bukan muslim, bernama ‘Abbas bin Ubadah,
mengingatkan kaum muslim dari Khajraj itu akan risiko dakwah yang akan
dihadapi jika tetap membai'at Nabi.
Kaum itu pun menjawab,
“Sesungguhnya kami akan mengambilnya (membai'at Nabi saw) meski dengan
risiko musnahnya harta benda dan terbunuhnya banyak tokoh.” Kemudian
mereka berpaling pada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, jika
kami memenuhi (seruan)mu, maka apa balasannya bagi kami?” “Surga”, jawab
beliau dengan tenang. ( Negara Islam , Taqqiyuddin an-Nabhani)
Nah
sobat, ternyata risiko dalam dakwah adalah jalan menuju surga Allah
yang selama ini kita rindukan. Seberat apapun jalan itu, kita hanya
perlu bersabar dan tetep istiqomah. Abu Dawud telah meriwayatkan sebuah
hadis dengan sanad hasan: “Setelah engkau akan datang masa kesabaran.
Sabar pada masa itu seperti menggenggam bara api. Orang-orang yang
bersabar akan mendapatkan pahala sebagaimana lima puluh orang laki-laki
yang mengerjakan perbuatan tersebut. Para shahabat bertanya , “Wahai
Rasulullah, apakah pahala lima puluh (laki-laki) di antara mereka?”
Rasul menjawab , “Bukan, tetapi pahala lima puluh orang laki-laki di
antara kalian”
Kita juga nggak punya alasan untuk berdiam diri
membiarkan kemaksiatan merajalela karena khawatir akan dekatnya ajal,
seretnya rizki, atau jauhnya jodoh. Soalnya kan yang ngasih rizki adalah
Allah. Yang nentuin jodoh kita Allah. Yang nyuruh Malaikat Ijrail
nyabut nyawa kita juga Allah. Bukannya semua urusan hidup kita akan
terasa mudah kalo kita disayang ama Allah dengan ngikutin perintahNya
seperti aktif dalam dakwah?
Pengemban dakwah Islam ideologis
Satu
hal lagi yang kita nggak boleh lupa. Bagusnya kita nggak merasa cukup
dengan mendakwahkan Islam cuma sebagian. Seolah perbaikan moral atau
peningkatan akhlak individu masyarakat menjadi solusi pamungkas dalam
setiap permasalahan. Padahal syariat Islam itu begitu luas mencakup
solusi dalam permasalahan pemerintahan, ekonomi, politik, sosial,
budaya, pendidikan, dll.
Karena itu kita wajib memahami dan
mendakwahkan Islam sebagai Nidzhomul hayah alias aturan hidup yang nggak
cuma ngatur ibadah atau akhlak semata. Islam yang memiliki peran
sebagai qaidah fikriyah (landasan berpikir) dan qiyadah fikriyah
(kepemimpinan berpikir). Sebagai qaidah fikriyah , Islam akan menjadi
filter alias saringan sekaligus tameng menghadapi serangan pemikiran dan
budaya Barat sekuler. Dan sebagai qiyadah fikriyah , Islam akan
membimbing kita dalam menyelesaikan dan mencegah terulangnya setiap
masalah hidup yang mampir ke kita dengan tuntas dan berpahala.
Sobat
muda muslim, kalo kamu punya nyali, mari kita libatkan diri kita untuk
memperkuat barisan perjuangan menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi.
Jangan sampe jalan menuju surga dalam aktivitas dakwah, kita pandang
sebelah mata. Ntar nyesel lho. Berani? Pasti dong!